fajarbengkulu.com, Lebong – Pagi Jumat (16/04) bertempat di gedung Graha Bina, Pemerintah Kabupaten Lebong menggelar audiensi dengan petinggi PT PGE, yang secara langsung dihadiri oleh Direktur Utama (Dirut), Ahmad Yurianto, berikut jajaran petinggi lain dari perusahaan plat merah tersebut. Mereka datang dari Ibu Kota Jakarta untuk berdialog langsung dengan bupati dan wakil bupati, serta pejabat Pemkab Lebong terkait kesiapan PT PGE untuk memproduksi 2 x 55 MW.
Seusai acara digelar, para awak media sudah menunggu untuk mewawancarai petinggi PT PGE tersebut yang jauh-jauh datang dari Jakarta ke Kabupaten Lebong ini.
Tak disangka, keinginan para awak media pupus sudah. Bagaimana tidak, saat awak media meminta waktu dan meminta izin wawancara, petinggi perusahaan BUMN ini terus mengelak dan mencoba menghindar.
“Gak usah….gak usah….nanti dengan pak Amin saja,” ujarnya dengan nada bergegas meninggalkan awak media.
Salah satu rekan wartawan mencoba bertanya, nama bapak siapa pak? Dia tetap enggan menjawab dan menyarankan dengan pak Amin saja. Sejauh ini belum diketahui pak Amin yang dimaksud itu siapa dan jabatannya sebagai apa di PT PGE.
“Nanti saja….dengan pak Amin saja,” Jawabnya sembari meluncur ke arah ruang kerja Bupati.
Di lain sisi, Rozi Antoni atau akrab dipanggil Toni yang merupakan salah satu tokoh masyarakat di Kabupaten Lebong juga menyimpulkan pertanyaan besar terkait tindak Dirut PT PGE tersebut. Dia menyebut, hampir 10 tahunan pihak PGE Hulu Lais mengelola proyek di atas tanah leluhur masyarakat Kabupaten Lebong, tetapi hingga saat ini dampak signifikan belum dirasakan terhadap APBD Kabupaten yang nyaris setiap tahunnya mengalami defisit.
“Katanya tanah kita ini kaya akan sumber daya alam yang berpotensi menghasilkan rupiah. PLTA di mana-mana, ada pula tambang batu bara, ada tambang emas, dan ada juga energi panas bumi, tapi heran, kok APBD kita selalu defisit setiap tahunnya, aneh,” cetus Toni.
Menurutnya, tidak seharusnya seorang petinggi sekelas perusahaan BUMN bersikap demikian. Seharusnya ini adalah momen yang tepat bagi pihak perusahaan untuk memberi pencerahan kepada masyarakat agar tidak bertanya-tanya serta tidak berasumsi negatif dengan perusahaan yang sudah menelan anggaran miliaran rupiah.
“Kenapa harus takut bicara di depan media, dan itu kan rata-rata media Lebong, seyogyanya itu momentum besar yang bisa dimanfaatkan oleh pihak PT PGE untuk menjelaskan kepada masyarakat melalui media. Sangat disayangkan kejadian ini, apa lagi sekelas pejabat tinggi perusahaan BUMN, kan jarang sekelas pejabat tinggi BUMN bisa datang langsung ke daerah pelosok seperti kita ini,” pungkasnya. (Act)